Friday, December 2, 2011

Jurang Lebar Antara Si Kaya Vs Si Miskin

Kesenjangan ekonomi di Negara Indonesia semakin melebar. Hal tersebut terbukti dengan adanya jurang antara pendapatan orang kaya dan orang miskin di Indonesia. Menurut data yang dikumpulkan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat perkumpulan prakarsa, jumlah kekayaan yang dimiliki oleh 40 orang terkaya di Indonesia setara atau sama dengan 60 juta jiwa penduduk Indonesia yang paling miskin.

Di negara tetangga "Singapura" tercatat bahwa pembeli barang properti mahal yang terbanyak salah satunya adalah pembeli dari Indonesia. Kelompok masyarakat yang kaya di Indonesia menempati urutan ke-3 yang sering membeli barang properti seperti apartemen, kondominium dan tanah yang harganya milyaran rupiah.

Data tentang melonjaknya kekayaan orang Indonesia tersebut sangat berlawanan dengan realitas kehidupan masyarakat di Indonesia. Menurut data dari Asia Development Bank (ADB), ada kenaikan jumlah orang miskin di Indonesia dalam tiga tahun terakhir sebanyak 2,7 juta orang.

Masih terngiang di telinga saat ada berita tentang beberapa siswa yang bunuh diri karena tidak sanggup membayar SPP di berbagai tempat di Indonesia. Tentang seorang anak SMP yang harus rela mendapatkan hukuman yaitu dijemur setiap hari gara-gara tidak bias memberi seragam sekolah yang lengkap. Ada pula tentang seorang suami dan istri yang bunuh diri bersama-sama karena jeratan ekonomi. Sungguh miris melihat keadaan rakyat miskin yang kesulitan menjalani hari-harinya, sedangkan di luar sana masyarakat tingkat atas (kaya) membelanjakan uangnya untuk membeli properti bernilai ratusan juta bahkan pulan milyar.

Ketimpangan yang terjadi antara masyarakat kaya dan miskin di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Orang terkaya di Indonesia memiliki kekayaan sampai dengan 45 triliun sedangkan orang miskin di Indonesia pada tahun 2010 adalah yang penghasilannya maksimal Rp. 211.726,00 per bulan. Sedangkan menurut BPS kriteria masyarakat miskin salah satunya adalah yang penghasilan per-bulan_nya kurang dari 600.000 per bulan. Jika dibandingkan dengan pendapatan orang terkaya di Indonesia maka jelas terlihat jurang yang sangat lebar. Jumlah kekayaan yang dimiliki oleh 40 orang terkaya di Indonesia setara atau sama dengan 60 juta jiwa penduduk Indonesia yang paling miskin.

Ketidakadilan yang semakin tinggi di negara Indonesia dikhawatirkan akan memicu tumbulnya ledakan sosial-politik dari pihak masyarakat yang merasa tidak adil. Bahkan pada tanggal 19 Oktober yang lalu gerakan anti kapitalis sudah merambah ke Indonesia. Gerakan anti kapitalis, yang didahului dengan gerakan anti Wall Street yang dikenal dengan Duduki Wall Street (Occupy Wall Street/OWS) mulai merambah Indonesia. Sejak Selasa (18/10) petang telah beredar undangan melalui jejaring sosial facebook, yang mengajak untuk menduduki Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Gedung Plaza 89, yakni gedung yang ditempati industri pertambangan emas asal Amerika Serikat yang beroperasi di Papua, PT Freeport Indonesia.

Kesenjangan ekonomi di Indonesia hendaknya mampu diatasi oleh pemerintah Indonesia. Pemerintah hendaknya serius mengatasi jurang yang terjadi antara si kaya dan si miskin. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Perkumpulan Prakarsa juga menghimbau Pemerintah menjadikan kesenjangan pendapatan antara si kaya dan si miskin di Indonesia menjadi target pembangunan. Hal itu guna mencegah terjadinya guncangan sosial poltik, di Indonesia.

Sementara itu, peneliti Prakarsa Fajar juga mengkhawatirkan kemungkinan akan terjadi bencana sosial bila berbagai permasalahan sosial dan dampaknya tidak segera diatasi oleh pemerintah. "Krisis keuangan yang terjadi di Amerika telah menggerakan gerakan pembangkangan sosial. Dan dikhawatirkan negara Indonesia juga akan mengalaminya Selain itu pemerintah juga hendaknya mampu mengeluarkan standar kemiskinan yang manusiawi dan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.

Direktur Eksekutif Perkumpulan Prakarsa, Setyo Budiantoro menyarankan agar standar kemiskinan di Indonesia menggunakan indikator 60 perrsen dari rata-rata pengeluaran atau pendapatan di lingkungannya. "Ukuran kemiskinan ini sekaligus mampu mengukur tingkat ketimpangan dan memeriksa ekslusi sosial," ucapnya.

Yutimah
Mahasiswa Jurusan Sosiologi-Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Padang

No comments:

Post a Comment

next page
 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 Yutimah Damazier |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net