ANAK PUTUS SEKOLAH PADA KELUARGA MAMPU
(Studi Kasus : Pada Keluarga Pemilik dan Pengelola Kebun Sawit di Jorong Harapan Mulya SP IV Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya)
Mendapatkan pendidikan pada institusi pendidikan formal (pendidikan di sekolah) adalah sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia. Siapapun orangnya hendaknya bersekolah minimal selama 9 tahun lamanya. Pendidikan memiliki arti penting bagi terbentuknya SDM (Sumber Daya Manusia) yang unggul. Dengan adanya sumber daya manusia yang unggul maka akan menentukan bagi tercapainya pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa. Manfaat dan fungsi belajar di sekolah maupun perguruan tinggi antara lain : 1) Melatih kemampuan akademis anak, 2) Menggembleng dan memperkuat mental, fisik dan disiplin, 3) Memeperkenalkan tanggung jawab, 4) Membangun Jiwa sosial dan jaringan pertemanan, 5) Sebagai identitas diri, dan 6) Sarana Mengembangkan diri dan berkretifitas (http://www.anneahira.com).
Fenomena putus sekolah merupakan masalah pendidikan di Indonesia yang belum terselesaikan sampai saat ini. Menurut data di sebuah situs internet (http://www.menegpp.go.id) Angka putus sekolah seluruh jenjang pendidikan di Indonesia empat tahun terakhir masih di atas satu juta siswa per tahun. Dari jumlah itu, sebagian besar (80 persen) adalah mereka yang masih duduk di jenjang pendidikan dasar (SD-SMP).
Daerah Dharmasraya merupakan salah satu kabupaten baru dari 3 kabupaten hasil dari pemekeran kabupaten Sawahlunto. Kabupaten Dharmasraya berkembang sebagai salah satu penghasil kelapa sawit dan karet. Kabupaten ini masih baru dan masih dalam tahap mengembangkan diri dengan membuka peluang investasi seluas-luasnya. Perekonomian di daerah tersebut juga berkembang dengan pesat, dengan adanya hasil dari perkebunan sawit dan karet di daerah tersebut.
Di tengah-tengah perkembangan ekonomi yang cukup pesat di daerah tersebut, ternyata ada satu masalah yang belum ditangani secara serius yaitu masalah putus sekolah. Menurut observasi sementara peneliti menemukan ada 25 anak putus sekolah dari salah satu jorong yaitu di Jorong Harapan Mulya SP IV Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya. Di daerah tersebut dominan penghasilan keluarga berasal dari hasil perkebunan kelapa sawit. Penduduk di daerah tersebut kebanyakan sudah memiliki kebun kelapa sawit sendiri kecuali masyarakat pendatang. Dengan adanya ekonomi yang baik idealnya pendidikan anak-anak mereka juga baik, namun hal tersebut sangat bertolak belakang dengan harapan. Di daerah tersebut justru banyak anak-anak yang mengalami putus sekolah yang kebanyakan berasal dari keluarga mampu.
Putus sekolah pada keluarga mampu merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti. Salah satu penelitian yang relevan dengan masalah ini yaitu penelitian oleh Ranti Asri Lestari (2004/48657) dengan judul “Penyebab Anak Putus Sekolah Pada Keluarga Mampu, Studi Kasus : di Kelurahan Sungai Durian Kecamatan Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa penyebab anak putus sekolah di kelurahan Sungai Durian meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi : motivasi belajar yang kurang, tertarik mencari uang, perilaku anak nakal di sekolah dan di luar sekolah, dan kondisi psikologis remaja putus sekolah yang tidak stabil. Sedangkan faktor eksternal meliputi : pengaruh teman sebaya, kurangnya dorongan dari orang tua, peran wali murid dan guru dalam menyelesaikan permasalahan anak di sekolah dan keadaan keluarga.
Penelitian lain yang berkaitan dengan putus sekolah adalah penelitian oleh Nani Andriza (2003/42987) dengan judul “Nilai Anak Bagi Keluarga Nelayan (Studi Kasus : Anak Putus Sekolah Pada Keluarga Nelayan di Kelurahan Bungus Selatan Kecamatan Bungus Teluk Kabung). Nani meneukan ada 44 anak nelayan yang putus sekolah dari 81 orang anak nelayan. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa anak keluarga nelayan yang putus sekolah memiliki nilai ekonomis dan non ekonomis bagi keluarga mereka. Nilai ekonomis terungkap dari peran serta anak dalam memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga. Mereka ikut bekerja sebagai nelayan lalu uangnya diberikan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sedangkan nilai non ekonomis terdiri dari nilai sosial (keikutsertaan membantu orang tua) dan nilai psikologi (Rasa bangga orang tua jika anaknya membantu keluarganya).
Berdasarkan kedua penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai anak putus sekolah khususnya pada keluarga mampu. Oleh karena itu peneliti telah melakukan wawancara sementara dengan beberapa informan yang merupakan warga di Jorong Harapan Mulya SP 1V Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya. Mufasinah (37 th) mengatakan bahwa di daerah tersebut memang banyak anak putus sekolah dan berasal dari keluarga yang cukup mampu yaitu kebanyakan dari keluarga pemilik dan pengelola kebun sawit. Informan selanjutnya adalah Gino (18 th) yang merupakan salah satu anak putus sekolah SMP menuturkan bahwa dia malas untuk sekolah karena membuang waktu saja dan menurutnya lebih baik mencari uang dengan bekerja di sawit daripada sekolah hanya menghabiskan uang. Arif (18 th) juga mengatakan bahwa dia pernah sekolah SMA sampai kelas 2 tapi tidak dilanjutkan karena menurutnya sekolah itu membosankan sehingga sekarang memilih untuk mengelola sawit yang dimiliki oleh keluarganya.
Berdasarkan observasi dan wawancara secara sementara tersebut, peneliti juga memperoleh data anak yang putus sekolah yang berjumlah 25 orang sebagai berikut :
No. | Nama | Usia | Keterangan |
1. | Sugeng | 15 tahun | Putus sekolah SD |
2. | Naning | 10 tahun | Putus sekolah SD |
3. | Septin | 15 tahun | Putus sekolah SD |
4. | Riyan | 12 tahun | Putus sekolah SD |
5. | Toni | 16 tahun | Putus sekolah SD |
6. | Ani | 13 tahun | Putus sekolah SD |
7. | Gina | 16 tahun | Putus sekolah SD |
8. | Lilis | 16 tahun | Putus sekolah SD |
9. | Daryono | 16 tahun | Putus sekolah SD |
10. | Yulianto | 14 tahun | Putus sekolah SMP |
11. | Gino | 18 tahun | Putus sekolah SMP |
12. | Dayat | 17 tahun | Putus sekolah SMP |
13. | Radek | 13 tahun | Putus sekolah SMP |
14. | Andi | 13 tahun | Putus sekolah SMP |
15 | Yuni | 13 tahun | Putus sekolah SMP |
16. | Edi | 16 tahun | Putus sekolah SMP |
17 | Yuliati | 15 tahun | Putus sekolah SMP |
18 | Wulan | 18 tahun | Putus sekolah SMP |
19. | Kemi | 16 tahun | Putus sekolah SMP |
20. | Rohim | 16 tahun | Putus sekolah SMP |
21. | Ari | 15 tahun | Putus sekolah SMP |
22. | Arif | 18 tahun | Putus sekolah SMA |
23. | Sugeng | 17 tahun | Putus sekolah SMA |
24. | Catur | 18 tahun | Putus sekolah SMA |
25. | Si Win | 18 tahun | Putus sekolah SMA |
26. | Daryono | 16 tahun | Putus sekolah SMA |
Menurut pengamatan, peneliti mengetahui bahwa sebagian besar penduduk di Jorong Harapan Mulya SP 1V Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya berasal keluarga yang mampu. Sebagian besar latar belakang keluarga anak-anak yang putus sekolah tersebut berasal dari keluarga pemilik dan pengelola kebun sawit dengan gaji yang lumayan besar. Saji Riyanto (27th) bekerja sebagai tukang muat sawit mengungkapkan bahwa gaji keluarga yang memiliki kebun kelapa sawit berkisar 3 juta sampai 40 juta per tahun dengan luas kebun sawit berkisar 2 hektar sampai 12 hektar. Sedangkan bagi keluarga yang bekerja sebagai pengelola kebun sawit gajinya berkisar 1,5 juta sampai 2,5 juta per bulan.
Dengan adanya hal tersebut, bisa dikatakan bahwa latar belakang keluarga di daerah Jorong Harapan Mulya SP 1V Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya rata-rata berasal dari keluarga mampu. Pada keluarga mampu, seharusnya anak-anaknya mampu mendapatkan pendidikan yang baik sampai jenjang yang lebih tinggi. Pada kenyataanya, banyak anak-anak yang putus sekolah dari daerah tersebut. Keadaan tersebut menjadikan sebuah ketimpangan yang nyata. Putus sekolah yang dialami oleh anak-anak di daerah tersebut pada dasarnya bukanlah berasal dari faktor ekonomi namun berasal dari faktor-faktor yang lainnya. Faktor-faktor lainnya tersebut yang perlu untuk diteliti lebih lanjut.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai fenomena putus sekolah di daerah tersebut. Dengan adanya hal tersebut maka judul penelitian ini adalah : “Anak Putus Sekolah Pada Keluarga Mampu di Jorong Harapan Mulya SP 1V Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya, Studi kasus : Pada Keluarga Pemilik dan Pengelola Kebun Sawit “.
B. Permasalahan
Permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu adanya anak-anak yang putus sekolah pada keluarga mampu di daerah Jorong Harapan Mulya SP 1V Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya. Anak-anak yang berasal dari keluarga mampu (pemilik dan pengelola kebun sawit) seharusnya bisa mendapatkan pendidikan yang baik sampai jenjang yang lebih tinggi. Pada kenyataanya, banyak anak-anak yang putus sekolah yang berasal dari keluarga mampu dari daerah tersebut. Keadaan itu menjadikan sebuah ketimpangan yang nyata. Putus sekolah yang dialami oleh anak-anak di daerah tersebut pada dasarnya bukanlah berasal dari faktor ekonomi namun berasal dari faktor-faktor yang lainnya. Faktor-faktor lainnya tersebut yang perlu untuk diteliti lebih lanjut. Berdasarkan permasalahan tersebut maka pertanyaan penelitian ini adalah :
1. Apa yang menyebakan terjadinya putus sekolah di kalangan keluarga mampu di Jorong Harapan Mulya Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya?.
2. Bagaimanakah solusi yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Dharmasraya untuk mengatasi fenomena putus sekolah di daerah tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya putus sekolah di kalangan keluarga mampu di Jorong Harapan Mulya Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya.
2. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Dharmasraya untuk mengatasi fenomena putus sekolah di Jorong Harapan Mulya Kecamatan Tiumang Kabupaten Dharmasraya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan berguna untuk dijadikan bahan acuan bagi peneliti lain yang berminat dalam bidang ini khususnya yang berhubungan dengan studi putus sekolah pada keluarga mampu.
2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi kepada semua pihak khususnya bagi instansi dan pemerhati masalah putus sekolah pada keluarga mampu agar mampu mengatasi masalah tersebut dengan baik.
No comments:
Post a Comment