Saturday, July 2, 2011

Berfikir mendalam tentang manusia dan masyarakat (Studi philosophy of social science)


  1. Masyarakat Sebagai Proses Interaksi
Ada perbedaan antara mekanisisme dan organisisme. Perbedaan tersebut sama dengan prinsip yang dipegang oleh sosiolog-sosiolog yang menggumuli masalah hubungan individu-masyarakat. Prinsip pertama sama dengan organisme yang mengakui pentingnya masyarakat, sedang prinsip kedua adalah sama dengan mekanisisme yang mengakui pentingnya individu. Keindividuan dan kemasyarakatan merupakan dua aspek kehidupan manusia yang satu dan sama dan tidak dibenarkan untuk diceraikan satu sama lain.
Ada banyak para ahli Sosiologi yang akan berusaha merumuskan dan menerapkan kedua prinsip tadi yaitu :

a.     George Simmel (1858-1918)
Lahir di Kota Berlin sebagai keturunan Yahudi. Tahun 1881 memperoleh gelar doctor cum laude di bidang filsafat. Simmel menjauhkan diri dari organisisme dan mekanisisme. Dalam penjelasannya atas pernyataan inim Simmel telah member pengertian dasar kepada ilmu sosial modern.
Pertama, masyarakat terdiri dari jaringan relasi-relasi orang yang menjadikan mereka bersatu. Masyarakat bukan badan fisik, juga bukan bayangan saja di kepala orang, melainkan sejumlah pola perilaku yang disepakati dan ditunjang bersama. Kedua, relasi-relasi aktif antara orang yang berkelompok atau bermasyarakat, tidak semua sama sifatnya. Relasi tersebut bisa mengarah kepada terbentuknya community (Gemeinschaft, paguyuban) atau kepada association (Gesselschaft, patembayan). Simmel juga sependapat dengan Ferdinand Toennies bahwa di zaman sekarang ada kecenderungan menggantikan pola relasi yang bersifat afektif dan personal (Gemeinschaft) dengan pola yang lebih bersifat fungsional dan rasional.
Ketiga, kesatuan-kesatuan sosial tidak hanya terbentuk dari relasi-relasi integrative dan harmonis. Demi tercapainya suatu strukturisasi sosial yang sehat, maka kritik, oposisi, persaingan, dan sikap iri hati sama diperlakukan seperti kesesuaian paham, partisipasi dan persahabatan. Keempat, tidak semua kesatuan sosial mempunyai lama waktu dan intensitas yang sama.
Simmel juga melihat terhadap Sosiologi formalitas. Kajian sosiologi yang khas yang membedakan terhadap apa yang dipelajari oleh ilmu lain adalah pada bentuk interaksi seperti : superordinasi (relasi atasan dengan bawahan), subordinasi (relasi bawahan dengan atasan), kerukunan, persaingan, perwakilan, kepartaian, relasi defensif (bela diri), persahabatan, irihati, dengki, ramah-tamah, dan relasi yang bersifat memikat (koketeri). Bentuk lain adalah relasi dua orang (pasangan), tiga orang dan lainnya.
b.                Thorstein Veblen (1857-1929)
Lahir di Negara bagian Wiscounsin di Amerika Serikat, sebagai keturunan Norwegia. Veblen mengembangkan konsepsi dinamis tentang manusia dan masyarakat. Veblen membenarkan bahwa dalam diri manusia ada “naluri-naluri” yang berpengaruh terhadap kelakuan manusia, tetapi tidak menentukan kelakuan itu. Naluri hanya membentuk suatu predisposisi dan menggairahkan manusia agar memikirkan dan mengusahakan tujuan-tujuan tertentu. Meskipun pada dasarnya manusia bebas untuk menentukan isi hidupnya, namun umunya ia bertindak karena rutin saja atau kebiasaan (habit). Bertalian dengan itu Veblen menyebut Pranata sebagai : “pola-pola perilaku yang telah diciptakan, disepakati, dan kemudian diwajibkan oleh masyarakat”.
Veblen pada akhirnya membedakan dua tipe masyarakat yang mungkin terbentuk oleh manusia. Ada dua kemungkinan spekulatif :
-       Dalam tahap pertama anggota masyarakat masih dirangsang oleh naluri untuk bersikap baik terhadap kaum kerabat dan sesama. Masyarakat suka kerja sama.
-       Dalam tipe masyarakat yang kedua orang dirangsang oleh predatory instinct. Kerja produktif diganti dengan gaya hidup komsumtif.
Veblen mempunyai pendapat amat negatif mengenai masyarakat modern, yang menonjolkan nalui agresif manusia. Menurut Veblen, prinsip agresi berperan di dunia olahraga juga. Mereka yang paling kuat, galak, pintar, dan mampu memperdayakan lawan, menang.
c.                 Charles Horton Cooley (1864-1929)
Dilahirkan di kota Ann Arbor.  Cooley membahas mengenai masyarakat dan individu. Ditegaskan oleh Cooley, bahwa masyarakat dan individu bukan dua realitas yang berdiri terpisah, melainkan dua sisi atau segi dari realitas yang satu dan sama. Keduanya adalah bagaikan kedua sisi keeping uang, yang tidak mungkin terpisahkan. Dengan menekankan kesatuan Cooley menjauhkan diri dari pandangan sosial atau Solidarisme Klasik. Jadi individu-individu harus solider dan saling membantu. Cooley juga menguraikan dalam bukunya “Human Nature and The Social Order” Cooley menguraikan dengan panjang lebar beberapa istilah misalnya kemauan sendiri dan peraturan masyarakat. Cooley menyimpulkan antara kedua istilah tersebut tidak ada antitesa tapi merupakan penyusunan unsur-unsur sosial yang sudah ada sebelumnya.
Cooley amat menekankan aspek batiniah, yaitu consensus atau keseuaian paham dengan kata-kata “alam pikiran bersifat sosial” (mind is social) dan “masyarakat bercirikan mental” (society of mind). Namun hal tersebut dikritik.
Individu dan masyarakat merupakan kesatuan yang erat. Kedua-duanya tidak terpisahkan! Inilah sumbangan besar Cooley bagi perkembangan Sosiologi. Namun demikian, ajarannya mempunyai kekurangan juga. Manusia didefinisikan olehnya atas cara yang terlalu berat sebelah. Seolah-olah manusia hanya alam pikiran saja, padahal ia adalah badannya juga. Ketubuhannya termasuk hakikatnya. Selain keyakinan dan motivasi masih harus ada hal-hal lain yang menjamin kehidupan sebagai masyarakat. Hal-hal yang diperlukan juga ialah control sosial, kepemimpinan, tata tertib, system imbalan dan hukuman,serta struktur-struktur lahiriah yang seolah-olah dari luar memaksa orang.
d.                William Graham Sumner (1840-1910)
Sarjana Sosiologi, lahir di kota Patterson N.J, Amerika Serikat. William melihat tentang masyarakat adalah kerja sama antagonistis, serta melihat tentang kelompok dalam (ingroup) dan kelompok luar (outgroup). Masyarakat adalah kerja sama antagonistis atau kerjasama antara pihak-pihak yang bertentangan.Individu-individu yang masing-masing didorong oleh kepentingan sendiri, menjadi satu oleh karena mereka menyesuaikan diri dengan bentuk-bentuk kerja sama yang di sepakati. Bentuk-bentuk itu menyangkut bidang-bidang ekonomi, komunikasi, prokreasi (perkawinan dan keluarga), pendidikan, pertahanan, hubungan, agama, dan lain-lain.
Sehubungan dengan peranan folkways dalam kehiduoan bersama, Sumner membedakan antara ingroups atau outgroups atau theygroups. Ia telah melihat bahwa orang selalu mempertentangkan kelompoknya sendiri terhadap kelompok-kelompok lain. Tiap-tiap kelompok membanggakan diri sendiri, menjunjung tinggi simbolnya, merasa diri lebih baik berkenaan dengan folkways dan cenderung meremehkan orang luar.Tiap-tiap kelompok berkeyakinan bahwa peraturannya, tata tertibnya, dan ajarannya adalah yang paling baik. Istilah etnosentrisme berasal dari Sumner. Sumner mengemukakan bahwa terdapat korelasi antara etnosentrisme dengan solidaritas group.
e.                 Ferdinand Toennis (1855-1036)
Lahir di Schleswig, Jerman Timur. Masyarakat menurutnya adalah usaha manusia untuk mengadakan dan memelihara relasi-relasi timbal-balik yang mantap. Kemauan manusia mendasari masyarakat. Berkenaan dengan kemauan itu Toennies membedakan antara masyarakat yaitu Zweckwille yaitu kemauan rasional yang hendak mencapai suatu tujuan dan Triebwille yaitu dorongan batin berupa perasaan. Menurut pengkritik, hal tersebut benar untuk sebagian. Lagi pula perlu kita katakan bahwa manusia tidak hanya membentuk suatu tipe kehidupan bersama, melainkan ia dibentuk juga oleh kehidupan bersama serta kebudayaannya.
Dua tipe masyarakat menurut Ferdinand Toennies adalah Gemeinschaft (paguyuban, persekutuan hidup) atau bentuk hidup bersama yang lebih bersesuaian dengan “Triebwille”. Kebersamaan dan kerja sama tidak diadakan untuk mencapai suatu tujuan di luar, melainkan dihayati sebagai tujuan dalam dirinya. Orangnya merasa dekat satu sama lain dan memperoleh kepuasan karenanya. Orang memiliki jaringan relasi-relasi kekeluargaan karena lahir. Sedangkan Gesselschaft itu tipe asosiasi di mana relasi-relasi kebersamaan dan kebersatuan antara orang berasal dari faktor-faktor lahiriah, seperti persetujuan, peraturan, undang-undang, dan sebagainya.
  1. Manusia Serba Dua
Di dalam pembahasan ini, ada pembicaraan mengenai dua sosiolog besar yaitu Emile Durkheim dan Max Weber. Emile Durkheim lewat karyanya Le dualism de la nature humaine et ses conditions socials (Sifat serba dua kodrat manusia dan kondisi-kondisi sosial). Ia menyatakan dengan tegas bahwa  masyarakat dan individu tidak merupakan dua wilayah yang terpisah dan berlainan. Dualisme merupakan gejala universal, dan kita tidak boleh meremehkannya. Manusia menghadapi dua kenyataan. Dalam alam penginderaan dan kenafsuan manusia mengalami diri sebagai individu, dalam alam pengertian umum dan moralitas ia menghadapi suatu realitas yang supraindividual. Pengalaman manusia itu yang disebut homo duplex, yaitu manusia serba dua atau manusia berganda. Durkeim juga melihat bahwa individu tidak dipisahkan dari luar oleh masyarakat itu. Dalam diri manusia pengaruh orang lain dan predisposisi individual bertemu dan menjadi satu. Sifat serba dua hidup manusia berdasarkan kedua aspek dari hidupnya yang satu, yaitu aspek sosial dan aspek individual. Dari kedua aspek tersebut faktor pengaruh masyarakat adalah faktor yang paling penting dalam Sosiologi Durkheim.
·      Emile Durkheim
Emile Durkheim lahir pada tanggal 15 April 1858 di desa Epinal, Perancis. Pada masanya terjadi revolusi perancis dan di bidang ekonomi terjadi krisis beberapa kali, yang menyebabkan kemiskinan, pengangguran, dan bunuh diri. Dengan latar belakang ini, kita dapat mengerti apa sebabnya faktor-faktor sosial dianggap paling penting oleh Durkeim. Dua prinsip menuntun Durkheim dalam mengembangkan sosiologinya. Pertama sosiologi harus bersifat ilmiah, kedua keterangan yang diharapkan dari sosiologi harus bersifat khas sosiologis. Dalam bukunya Suicide, yang bermaksud menerangkan hal bunuh diri sebagai gejala sosial. Realitas sosial disebut sebagai realitas sui generis.
Untuk membuktikan adanya kesadaran kolektif, Durkheim mengemukakan tiga argumentasi : Pertama, ada kejadian-kejadian di mana orang bertindak atas cara yang sebenarnya tidak sesuai dengan pikiran individual mereka. Kedua, kesadaran kolektif yang berlainan dari kesadaran individual terlihat pula dari tingkah laku grup, yang berlainan dari tingkah laku individu yang sendirian. Ketiga, menurut angka statistic prosentase gejala sosial mesti ada faktor lain lagi disamping kemauan individual yaitu faktor kesadaran kolektif.
Evaluasi pendapat Durkheim adalah tidak boleh dikatakan bahwa masyarakat memperalat individu. Kemudian untuk masalah bunuh diri ada kaitannya dengan tiga faktor yaitu predisposisi psikologis tertentu, faktor keturunan, dan kecendurungan manusia untuk meniru orang lain. Lalu ia merumkan tiga tipe bunuh diri : bunuh diri egoistis (karena tidak mampu berintegrasi dengan kelompok di luar dirinya), bunuh diri altruistis (bunuh diri karena terikat oleh integrasi kelompoknya), dan bunuh diri anomis (kehilangan pegangan hidup).
Durkheim kemudian melihat agama sebagai fakta sosial sepeti totemisme yang merupakan kepercayaan bahwa seluruh alam semesta dipenuhi oleh kekuasaan atau daya gaib yang luput dari setiap pengamatan. Tata profane merangkum semuanya yang berkenaan dengan pencarian nafkah sehari-hari, sedangkan tata sacral semuanya yang berhubungan dengan totem seperti pemujaan, ibadah dan upacara. Durkheim berfikir bahwa yang sebenarnya dialami, disembah, ditakuti, dan ditaati manusia itu adalah totem yang sebenarnya adalah masyarakat itu sendiri.
Kritik dari Raymond adalah : Pertama, hidup bermasyarakat selalu diadakan oleh individu-individu kongkret yang serba terbatas. Kedua,  Durkheim sama sekali tidak dapat menerima sifat transedental agama. Agama tidak bisa disamakan dengan lembaga kemasyarakatan lain karena agama adalah institusi yang khusus. Evaluasi selanjutnya adalah bahwa hidup masyarakat harus seimbang dimana manusialah yang sadar membentuk masyarakatnya. Kendati demikian, masyarakat tetap dimengerti olehnya sebagai suatu realitas.
·      Max Weber (1864-1920)
Max Weber berpandangan bahwa manusia digairahkan dan digerakan dari dalam batinnya, yaitu oleh keyakinanya. Sosiologi harus mempelajari perilaku sosial sejauh dimaksudkan dan dihayati oleh individu. Dalam sosiologi, manusialah makhluk yang terutama dan terhormat, sebab bukan pranata atau struktur sosial, melainkan si pelaku sendiri yang sadar dan bertanggung jawab menjadi objek ilmu manusia.
Sebetulnya Durkheim dan Weber telah mengetahui hal itu. Perbedaan antara mereka adalah bahwa Durkheim mengarahkan perhatiannya kepada hasil proses ini, yaitu pranata sekalipun ia tidak melupakan komponen individual. Sedangkan Weber lebih menyoroti prose situ sendiri yang berlangsung dalam individu-individu. Weber dan Durkheim berada di jalan yang sama sekalipun tidak berada di tempat yang sama. Mereka dijembatani oleh karya Sumner. Konsep folkways memperlihatkan bahwa perilaku individu dan pranata kolektif adalah satu.
  1. Kedwitunggalan Manusia
Menurut Robert W.Friedrich dalam bukunya A Sociology of Sociology. Sosiologi yang perkembangannya telah menjadi korban hasratnya untuk menjadi sains yang positivistis. Pembahasan pertama dalam hal ini adalah : Ilmu pengetahuan positivistis dan pengandaian-pengandaiannya. Bangunan ilmu pengetahuan didirikan atas dasar beberapa pengandaian-pengandaian yang dirumuskan sebagai hukum-hukum. Hukum Pertama, pengetahuan ilmiah harus obyektif. Hukum Kedua, bahwa ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan hal-hal yang berulangkali terjadi. Hukum Ketiga, ilmu pengetahuan positif menyoroti alam dari segi kesalingtergantungannya dan antar hubungan unsure-unsurnya.
Akibat negatif pemakaian metode ilmu alam dalam sosiologi : 1. Manusia menjadi objek, 2. Hanya tingkah laku yang berulang-ulang dan selalu sama, 3. Kehidupan sosial menjadi sistem.
Beberapa kesimpulan dari materi ini adalah sebagai berikut :
1)      Gambaran dunia yang obyektivitas, di mana dunia berhadapan dengan manusia dan mengenakan diri pada kesadarannya, dan gambaran dunia menurut model fisika, pada akhirnya menghasilkan suatu determinisme kolektif. Gambaran ini yang dipakai oleh organisisme, evolusionisme, dan materialism historis, melucuti individu dari martabatnya.
2)      Gambaran dunia yang subyektivitas, di mana manusia individual berhadapan dengan dunia dan mengenakan pengertiannya dan konstruksinya kepadanya, mencopot dunia dan masyarakat dari wewenangnya dan perananya.
3)      Kedua gambaran dunia, sosiologi harus bebas-nilai dan obyektif melulu. Sosiologinya yang disebut human science, dikosongkan dari unsure-unsurnya yang paling manusiawi.
4)      Kita harus memandang individu dan masyarakat sebagai kedwitunggalan. Keterjalinan individu dan masyarakat dirumuskan dengan tepat oleh filsuf Karl Jaspers dari Jerman, yaitu : Es gibt kein weltloses Ich und keine ichlose welt (tidak ada aku tanpa dunia, dan tidak ada dunia tanpa aku).
5)      Perspektif-perspektif lain yang khusus, yang bersifat ilmiah, filsafati, religious, merupakan perspektif-perspektif buatan (artifisial), dan dimaksudkan untuk mencari pengenalan yang lebih baik dan teratur. Mereka tidak boleh mencerai beraikan kesatuan asli dan menjadi independen, berdiri sendiri, dan otonom, melainkan harus tetap terjalin satu sama lain, sebab landasan bersama semua perspektif khusus adalah pengalaman dan sikap asli manusia alami.
6)      Konsekuensi dari semua itu ialah :
a)      Bahwa teori sosial yang mendasari semua teori aspectual, tidak pernah boleh menutup mata terhadap kenyataan bahwa ada hubungan timbale-balik antara individu dan masyarakat.
b)      Bahwa si sosiolog tidak pernah dapat menganggap diri dibebaskan dari dorongannya untuk menilai, memutuskan, dan bertanggung jawab. Perspektif sosiologis yang bersifat artificial, tidak dapat dipisahkan dari orientasinya yang alamiah.

1 comment:

  1. This is really interesting, You are a very skilled blogger.

    I have joined your rss feed and look forward to seeking more of your fantastic post.
    Also, I have shared your website in my social networks!


    my site: chwilówki kredyt gotówkowy

    ReplyDelete

next page
 
Home | Gallery | Tutorials | Freebies | About Us | Contact Us

Copyright © 2009 Yutimah Damazier |Designed by Templatemo |Converted to blogger by BloggerThemes.Net